Welcome Friends!

Welcome and Let's read my Life, Friends!

Rabu, 25 November 2009

Resensi Hades

Resensi Novel

Judul : Hades
Penulis : Deasylawati Prasetyaningtyas
Penerbit : DIVA Press
Tebal : 260 halaman
Cetakan : I, 2008
Harga : Rp38.000,00

Hades merupakan buku keempat yang telah ditulis oleh Deasylawati Prasetyaningtyas, setelah menulis novel “Quraisy Terakhir”, “Sayembara Mencari Cinta”, dan “The Fahri Holic”.
Hades merupakan istilah untuk Dewa Kematian dalam mitologi Yunani Kuno. Novel misteri dengan tokoh utama seorang autis ini menceritakan tentang seorang pemuda yang begitu dingin dan misterius, Narendra Putra Panji. Ia nyaris tak pernah bicara, tak pernah beranjak dari tempatnya, bahkan seolah tak pernah ada. Ia tidak peduli dengan siapa pun yang ada di sekitarnya, selalu menganggap dirinya sendiri, seolah hidup di dunia lain. Hanya sentuhan yang bisa menyadarkannya bahwa ia sedang bersama orang lain.
Narendra, bersekolah di SMA Tunas Bangsa, Bandung, setelah sebelumnya bersekolah di SMA Menteng, Jakarta. Ia dipindahkan karena dituduh telah melakukan pembunuhan atas teman-teman sekolahnya. Kakak pertamanya, Erlangga Pratama, ditugaskan oleh ayahnya, Panji Sastranegara, seorang anggota parlemen pusat dengan reputasi politik yang sempurna, untuk membereskan kasus Rendra, termasuk menutup mulut para wartawan agar berita itu tidak menyebar ke publik. Beliau juga melarang Rahardian untuk tidak menemui Rendra.
Rendra yang mengidap autis, tinggal di sebuah rumah mewah yang merupakan duplikat dari rumahnya yang ada di Menteng, dengan dibantu oleh seorang pembantu yang sudah tua dan seorang okupasi terapis yang terus mengawasi perkembangannya. Selain di rumah, Rendra juga diawasi oleh seorang terapis di sekolahnya. Ia hidup berdasarkan jadwal yang dibuatkan untuknya, mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Rendra sang autis, tidak dapat menerima sesuatu yang tidak diketahuinya sebelumnya. Ia bisa begitu mengamuk apabila ada hal yang tidak sesuai seharusnya. Untuk itu, jadwal yang dibuatkan untuknya itu begitu penting.
Pipit, teman sekelas Rendra, yang awalnya ketakutan dengan sikap Rendra yang begitu dingin, menjadi tahu kelainan yang dialami Rendra, setelah dijelaskan oleh Rahardian, kakak kedua Rendra yang tidak lagi tinggal di rumahnya karena diusir oleh ayahnya. Ia pun tahu mengapa kondisi Rendra bisa menjadi buruk seperti itu. Salah satu penyebabnya adalah kepergian mamanya, Dewi Kusuma, seorang artis senior yang belakangan ini menghilang dari dunia hiburan. Rendra benci dengan perubahan, dan kepergian mamanya dari rumah merupakan perubahan terbesar yang dialaminya dalam hidup. Ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan dan keinginannya, sehingga ia pun jadi sering mengamuk.
Konflik muncul saat terjadi penculikan terhadap Sani, salah satu teman kelas Rendra yang tidak menyukai Rendra karena dianggapnya sombong. Adip dan Raihan berusaha membuktikan bahwa Rendra yang melakukan penculikan itu. Terlebih saat Adip menemukan sebuah pin merah bertuliskan ‘Meiosei’ di tempat Sani menghilang, yang diketahuinya adalah milik Rendra. Dugaan mereka semakin kuat saat terjadi pembunuhan atas Mbok Nah di lantai tangga saat lampu padam, dan begitu lampu dinyalakan, Rendra sudah berdiri di ujung tangga, tempat Mbok Nah berdiri sebelum akhirnya didorong oleh seseorang. Kejadian itu menyebabkan Rendra dibawa ke RS Jiwa.
Bersama Adip dan Raihan, Pipit berusaha mengungkap kasus itu, mencari tahu pelaku pembunuhan yang sebenarnya. Dengan bantuan Bayu, okupasi terapis Rendra, mereka mendapatkan bukti-bukti tersebut. Dan keluarlah sebuah pengakuan dari Rahardian. Sebuah upaya balas dendam dilakukannya terhadap Rendra yang didasarkan pada rasa sakit hatinya karena ditolak oleh ayahnya, karena ternyata ia bukan anak kandung Panji, tetapi dr. Yunedo, seorang dokter spesialis di sebuah RS Jiwa. Ia memanipulasi Rendra selama 2 tahun hanya untuk mengambil hati Rendra, dan ia berhasil. Rendra begitu patuh padanya, dan karena dirinya, Rendra menjadi begitu terobsesi pada Hades, Dewa Kematian dalam novel mitologi Yunani Kuno, yang sering dihadiahkan Rahardian padanya. Bahkan Rendra pun menganggap dirinya adalah sang Hades, dengan kematian di sekelilingnya.
Kelemahan novel ini adalah lebih banyak unsur dongengnya, terdapat beberapa hal yang tidak sesuai fakta. Namun perlu diakui, novel ini ditulis dengan gaya penceritaan yang cukup menarik, penuh intrik, dan ketegangan. Penulis cukup berhasil membawa emosi pembaca untuk selalu ingin tahu kelanjutan novel ini dari setiap bab yang dibangunnya.