Welcome Friends!

Welcome and Let's read my Life, Friends!

Senin, 14 Desember 2009

Resensi Novel "Jangan Panggil Aku Josephine"

Resensi Novel

Judul Buku : Jangan Panggil Aku Josephine
Penulis : Afifah Afra Amatullah
Penerbit : PT Era Adicitra Intermedia, Solo
Cetakan : Mei 2003
Tebal : 198 halaman

Anugerah yang indah, barangkali telah melekat pada diri Josephine, sang Kwan Im of the World. Ia seorang putri yang besar dalam kemewahan. Aroma feodalistis dari darah bangsawan Eropa yang telah mengalir di tubuhnya, paras rupawan yang memikat, kecerdasan dan kelembutan pribadinya membuat pesona semakin merebak ke segenap persada. Gelar Miss Universe yang prestisius berhasil diraihnya. Kehidupan sang putri adalah taburan kemuliaan. Sampai pada suatu ketika, ia mengambil keputusan yang menggemparkan Kerajaan Roseland, keputusan yang membuat sekelompok orang berkuasa, berencana melenyapkan nyawanya. Sanggupkah Josephine menghadapi berbagai teror tersebut?

Penceritaan novel dimulai saat Josephine mengunjungi kamp pengungsi Jenin, Palestina, di Ramallah. Ketua umum Rose ‘n Peace itu merasa prihatin dengan para pengungsi tersebut akibat ulah Israel, dan berniat memberikan bantuan. Ia datang sebagai duta kemanusiaan, bukan sebagai politikus, tetapi ia ditolak oleh para pengungsi yang ada. Dari kunjungan tersebut, Josephine bertemu dengan Yusuf El-Fatah, seorang aktivis ikhwanul muslim Yordania. Kakaknya, Ahmad El-Fatah, sangat tergila-gila pada Josephine dan ingin menikahinya, namun Josephine menolak. Selain sudah menikah dengan putra seorang Ratu Roseland, Pangeran Lucas, ia juga tidak mencintai Ahmad, meski perlu diakui ia merasa tidak bahagia bersama Lucas, walaupun mereka telah memiliki 2 orang anak, Julius dan Alexander.

Lucas, sang suami, masih berhubungan dengan pacarnya, Natalie Luther. Hubungan mereka ditentang keras oleh kerajaan. Natalie hanyalah seorang gadis biasa, sehingga dianggap tidak pantas untuk Lucas. Ia juga sering terlihat mabuk, terlebih saat ia mengetahui bahwa Lucas dan Josephine akan menikah.
Karena sudah tidak betah dengan pernikahannya, maka Josephine dan Lucas sepakat untuk diam-diam bercerai. Ratu Maria, Ratu Kerajaan Roseland, sangat marah mendengar keinginan mereka tersebut. Selain Beliau begitu menyayangi Josephine seperti anak sendiri, Beliau juga merasa bahwa Roseland akan hancur tanpa Josephine, karana menurutnya hanya Josephine yang mampu memimpin Roseland, menggantikannya. Dengan sknario perselingkuhan antara Josephine dan Leonardo, sahabatnya, yang direkayasa oleh Ratu Maria, perceraian Josephine dan Lucas akhirnya menyebar ke publik dengan kesalahan ada pada Josephine. Ia lalu diusir dari kerajaan dan dilarang bertemu dengan kedua anaknya.

Ahmad El-Fatah yang mengetahui kabar perceraian tersebut dari adiknya, Yusuf, merasa prihatin sekaligus senang. Harapannya semakin besar untuk bisa mendapatkan Josephine. Walaupun ia dilarang oleh keluarganya dan diminta untuk menikahi wanita muslim yang lain, Ahmad tidak peduli. Ia yakin Josephine akan menjadi istrinya. Ia menyelamatkan Josephine yang sedang mabuk dan hampir dinodai oleh seorang pria asing, lalu melamarnya dengan syarat Josephine harus masuk Islam. Josephine menolak dan menampar Ahmad.

Dari suatu pertemuan di Kantor Perwakilan PBB di Kairo, Josephine bertemu dengan Abdul Malik, seorang tokoh muslim dari Indonesia. Ia diperkenalkan dengan Jamila Adam dan suaminya, Adam Syuhada, seorang penulis buku Islam best seller. Ia membaca berbagai buku agama di perpustakaan pribadi milik suami istri itu, bahkan juga membaca kitab-kitab pergerakan goresan-goresan pena Hasan Al-Banna. Ia merasa gemetar saat membacanya hingga akhirnya jatuh pingsan. Dua bulan setelah itu, Josephine menyatakan masuk Islam dan berganti nama menjadi Zaenab Al-Rosali. Dan untuk ke sekian kalinya, Ahmad melamar Josephine, kali ini dengan sungguh-sungguh. Akhirnya Josephine menerimanya.

Akibat kejadian tersebut, Josephine harus menghadapi berbagai teror terhadap dirinya karena ia telah mengkhianati Kerajaan Roseland dan keluar dari agama Katolik. Bersama suaminya, Ahmad El-Fatah, ia berhasil melaluinya. Walaupun kakinya harus diamputasi karena terkena tembakan, namun akhirnya Josephine dapat hidup bahagia dengan suaminya di dalam pelukan Islam.

2 komentar: